Saturday, March 10, 2018

Perjalanan Menuju SBM'17 #11

Sorry banget karena lama ga update, postingan gw terakhir tentang perjuangan sbm part 10 itu udah dari tanggal 14 Juli 2017, WTF udah hampir setahun, maaf banget gw baru bisa ngelanjutin ceritanya sekarang.

Di part part sebelumnya gw udah paparin bahwa banyak kebijakan dari gudang yang berubah, dimana semua kebijakan itu merupakan aturan teknis yang memeras keringat kami lebih erat. Disini gw bakal nambahi beberapa kebijakan nonteknis yang diterapin sama perusahaan yang intinya juga sama, membuat kami para karyawan tidak sejahtera, khususnya karyawan outsourcing.

Nah kali ini gw bakal ngejelasin soal outsourcing. Jadi di outsourcing itu itstilah buat para karyawan yang ngga dikontrak langsung sama perusahaanya, jadi recruitmen-nya melalui yayasan jadi ada plus minusnya.

Tapi lemme tell you, there is no positive value or benefit that employee get, dari karyawan cuman dapet sisi negatifnya. Jadi intinya adalah si perusahaan ga mau repot - repot buat ngurusin penggajian karyawan, asuransi dan juga bonus, walaupun sebenarnya kalo outsourcing ga ada bonus. Jadi si perusahaan memakai jasa dari yayasan untuk mengatur semua hal ini. Misalnya gw kasih contoh,

Perusahaan X : "Gw ga mau tau, pokoknya uang 1 miliar ini lo alokasiin buat ngegaji 100 orang selama satu tahun"

Nah setelah itu si yayasan akan bikin anggaran dananya, dan tidak lupa mereka menambahkan biaya jasa mereka dong, secara mereka yang mengatur gaji karyawan. Jadi kesimpulannya, uang yang dikeluarkan perusahaan sama, hanya sekarang mereka tidak mau repot ngurus, akhirnya mereka menggunakan jasa yayasan, jasa yayasan ada biayanya dong, nah biaya jasa yayasan dari mana? Biaya itu dari motong "gaji karyawan".

Gw kasih perbandingan ditempat kerja gw, kalo lo adalah karyawan yang dikontrak langsung perusahaan itu bakal dapet gaji UMR,  waktu itu sekitar 3,1 juta ditambah tunjangan transportasi dan makan kurang kebih 800 ribu sedangkan mereka yang outsourcing hanya mendapat 2,7 juta per bulan, itupun dipotong 100 ribu per hari kalo mereka ga masuk kerja dengan alasan apapun, tunjangan transport dan makan 15 ribu per hari, kalo perbulan 450 ribu dan sekarang kabarnya udah ga ada tunjangan transport dan makan buat outsourcing, miris.

Tapi kenapa mereka yang outsourcing masih tetep mau kerja? Jawabannya karena mereka ga punya pilihan, faktor ekonomi biasanya. Nah karena ada perbedaan di "gaji" dari jumlah nominalnya jadi ada sentimen tersendiri dianrtara karyawan yang kontrak dengan perusahaan dan karyawan yang outsourcing. kaya ...

" Gw kan cuman outsoucing ga di kontrak langsung jadi bukan jadi tanggung jawab gw dong"
" Gaji gw kan lebih kecil dari lo, harusnya lo yang kerja lebih, gw mah nyantai aja"

Yaa pikiran kaya gitu ada sih tapi gak sampe jadi bahan buat tubir alias ribut. Setelah gw bahas alasan pertama gw ga ngelanjutin kontrak kerja karena kebijakan dari si perusahaan yang sekarang gw bahas panjang lebar tentang hal ini karena ini menyangkut alasan kedua gw kenapa resign dari kerjaan, karena kebijakan tentang gaji yang sangat amat merugikan terutama bagi pihak outsourcing, mengakibatkan ga sedikit karyawan pada keluar, dan akhirnya mereka diganti dengan yang baru, yang mau "dibayar" segitu.

"Kalo lo ga niat kerja masih banyak diluaran sana yang antre mau masuk sini"

Bener sih, cuma emang kalo atasan gw yang satu ini agak nyelekit perkataannya, jadi udah emang dari gaji kurang ditambah lagi sama omongan yang agak nyelekit ini. Imbasnya banyak temen - temen gw apalagi yang sepantaran, perlahan gudang diganti sama orang - orang baru, dimana mereka harus beradaptasi dan kami harus beradaptasi tanpa teman - teman lama.

Sebenernya dengan kebijakan yang diambil ini bakal mengurangi produktifitas, kenapa? Soalnya mereka, anak - anak baru harus belajar dari awal soal sistem dan mekanisme, dan otomatis kami yang sudah memiliki pengalaman harus membimbing mereka, yang pasti menghambat pekerjaan kami dan mengurangi produktivitas. Padahal mereka ga peduli kendala apa yang terjadi, kami harus mencapai target.

Yaa walaupun dari temen - temen yang gw kenal diawal ga semua dari mereka keluar karena kemauan mereka sendiri ,ada memang diantaranya karena mereka memang kurang produktif, ada yang emang kerjanya terlalu santai sih menurut gw, padahal mereka belum menyentuh target yang ditentuin.

Gw juga ga bisa nge-judge kalo itu emang tabiat seseorang kalo misalnya seseorang itu cenderung malas untuk melakukan suatu hal, bisa aja karena pekerjaan itu bukan pekerjaan yang mereka inginkan atau bahkan itu adalah salah satu pekerjaan yang mereka benci. Mungkin juga bukan karena jenis pekerjaannya melainkan karena lingkungannya kurang cocok, walaupun tetep aja harus bekerja secara profesional.

Misalnya aja Bang Fuad, dia sekarang kerja di pabrik kue di daerah Jakarta dan dia sekarang kayanya lebih bahagia, kedua ada Bang Ari, dia resign baru diawal tahun 2017 .Yogi, gw gatahu sih dia kerja apa tapi kayanya bahagia.

Faktor kedua yang bikin gw resign  dikarenakan temen - temen gw berangsung - angsur ninggalin kerjaan. Gw tahu beberapa dari mereka ninggalin kerjaan karena udah ga nyaman lagi, begitupun juga gw.

Tapi di part selanjutnya gw bakal ngasih tahu alasan paling penting kenapa gw resign.

No comments:

Post a Comment