Tuesday, February 17, 2015

Pergi Pulang Pagi

Aku diseretnya kemudian ditempatkannya di bawah keran air , lalu air keran itu dinyalakannya , kepalaku dihantam dengan semburan air yang keras dari keran.Seluruh tubuhku basah kuyup , seolah belum puas ayahku mengguyurku dengan air dari gayung yang dibawanya.

"Sudah puas kau main , berapa uang yang kau ambil ha? kalau sudah bosan rumah katakan pada ayah , ayah akan berikan uang yang banyak kepadamu , lalu setelah itu enyahlah kau dari rumah ini" Ayah berkata dengan nada tinggi kepadaku.

Bertambah kencang rintih tangisanku ini , kemudian aku ditinggalkannya , dikuncinya pintu kamar mandi , aku sambil menangis merintih meminta agar pintu kamar mandi dibukakan olehnya.Tetapi tidak ada jawaban sama sekali.

Diasana aku merenungi kesalahan yang telah aku perbuat , dibawah tetesan air keran yang tetap ku biarkan mengalir untuk menghapus suara tangis ku yang amat kencang ini.Andai saja aku tidak terbujuk waktu kemarin , dan aku langsung pulang kerumah pada saat itu , mungkin kejadiannya tidak akan seperti ini.

Pada saat itu aku termakan oleh hawa nafsu dan godaan setan yang mempengaruhi diriku untuk mengambil uang ayahku yang tergeletak diatas meja sebesar lima puluh ribu.Sempat ragu untuk mengambil , bergetar memang tetapi waktu itu aku tidak berpikir sama sekali apa dampak yang akan aku terima.

Aku diajak oleh Jamal , Jamal adalah temanku yang pintar dalam urusan bermain game online dan dia juga yang menghasutku untuk mengambil uang orang tuaku untuk bermain bersamanya sore itu.

Karena rumahku berada di pedesaan , jadi aku dan Jamal harus naik angkutan umum untuk mencapai warnet yang ada di kota.Karena desaku ini masih sangat minim teknologi.Jarak dari rumah ke kota sekitar tujuk kilometer.Setelah ada angkot yang lewat , langsung kami naik dan menuju tempat tujuan.

Setelah sampai terlihatnya beberapa komputer yang berdebu , mungkin karena jarang mendapatkan perawatan.Di sana ada empat baris meja dan diatasnya terdapat komputer , masing - masing baris ada lima komputer saling membelakangi, ruangan yang agak kotor berdebu , dilantai berserakan sampah bekas minuman botol , beberapa orang sibuk bermain dan ada juga yang hanya sekedar duduk melihat orang bermain.

Kami langsung mencari tempat yang nyaman dan komputer yang sedang tidak dipakai tentunya , kemudian kamu pilih untuk bermain di lantai atas karena tempatnya lumayan nyaman dan masih banyak beberapa tempat yang kosong.

"Mas , paket sepuluh jam buat dua orang , sama pesen mie ayamnya dua , es tehnya juga dua ya , main dilantai atas nomor dua puluh satu sama dua puluh dua" Ucapku sambil menyadurkan uang sebesar lima puluh ribu rupiah.

Setelah menerima username dan password untuk bermain langsung kami menuju lantai atas untuk segera bermain , karena memang sudah tidak sabar hati ini,Kami duduk bermain bersama bersebelahan , dan memainkan permainan yang sama.

Kami bermain dengan asyiknya , sampai - sampai tidak terasa jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam , terus bermain sampai akhirnya aku tertidur karena aku memang tidak terbiasa untuk begadang dan aku sudah tidak kuat untuk menahan rasa mengantuk yang sangat amat ini.

Saat terbangun dari tidur , ku lihat jam telah menunjukkan pukul satu dini hari , warnet sudah sepi hanya ada satu dua orang dewasa yang masih bermain.Saat ku rogoh sakuku , ternyata uang didalam sakuku hilang semua , dan juga Jamal sudah pergi hilang entah kemana , hanya ada beberapa orang yang masih bermain.Aku pun panik , tidak tahu apa yang harus aku lakukan , aku memutuskan untuk pulang kerumah.

Aku berjalan dengan penuh harap agar ada yang bisa memberiku tumpangan untuk pulang kerumah , ya memang aku sudah tidak memiliki uang di saku celanaku , lagi pula memang sudah tidak ada lagi angkutan umum jam segini.

Saat aku sudah berjalan setengah dari perjalananku , saat di lampu merah aku melihat sebuah mobil bak terbuka.Aku mengenali supir ini , iya aku ingat dia adalah tukang sayur yang sering berjualan di pasar , tetapi sepertinya dia tidak mengenali diriku.

Aku meminta tumpangan untuk pulang , akhirnya diizinkanlah aku untuk menumpang.Aku duduk dibelakang , sambil melihat langit yang cerah bersamaan dengan keranjang - keranjang sayur yang dibawanya untuk dijual kepasar pagi ini.

Akhirnya sampai juga aku dirumah , suasana yang sangat gelap dan mencekam.Cahaya lampu yang menyala diruang tamu serta suara televisi yang sudah tidak aku dengar lagi.Sekarang sudah menunjukkan jam dua lebih tigapuluh pagi , dan aku tidak tahu harus melangkah maju atau lari.Tanganku bergetar saat ku ingin mengetuk pintu rumah yang sudah tua ini.

Aku beranikan diri untuk mengetuk pintu rumah "Assalamualaikum" ucapku sambil mengetuk pintu , tetapi tidak ada jawaban sama sekali.Lalu aku putuskan untuk berbaring di kursi bambu tua yang ada diteras rumah.

Aku terbangun dari tidurku sesaat setelah azan subuh , lekas aku pergi ke masjid dekat rumah untuk menunaikan sholat pada saat itu , terlihat beberapa orang berjalan menuju masjid sampai aku bertemu temanku yang bernama Kori

 "Wan , memangnya kau ingin sholat subuh di masjid ? Biasanya tidak pernah kulihat kau pergi ke masjid untuk sholat shubuh berjamaah , lagi pula kenapa kau memakau celana pendek kalau memang niat untuk sholat jamaah di masjid ?" ujar Kori dengan muka penuh ketidakpercayaannya ,

"I ,, iya nih , memang aku berniat untuk sholat berjamaah di masjid , dan soal celana ini , nanti aku akan meminjam sarung di masjid" ujar ku gugup.

Memang aku jarang untuk salat berjaamah dimasjid , tidak seperti Kori , dia tidak pernah absen untuk sholat berjamaah di masjid , dia juga sering mengikuti berbagai kegiatan di masjid , dan sekarang menjadi pemuda masjid.

Selepas salat berjamaah aku berniat untuk berbicara dengan Kori, walaupun aku sedikit cemas tetapi karena memang aku berfikir kalau bukan kepada Kori , lalu siapa lagi yang bisa membantu dan menampung curahan hatiku ini.Lekas aku mendekati Kori.

"Kori , aku ingin berbicara sesuatu padamu , sebenarnya masalah tadi kenapa aku pergi ke masjid hanya dengan menggunakan celana pendek dan tidak membawa sarung , karena sebenarnya aku memang belum pulang ke rumah sejak kemarin sore" ujarku sambil bergetar ,

Aku bercerita semuanya , tentang semua yang telah terjadi dan semua  kesalahan yang telah ku perbuat.Kori mengerti benar apa yang aku alami dan apa yang aku rasakan ,setelah berbincang beberapa saat kemudian dia memintaku untuk tetap mengakui semua kesalahan ku tanpa ada yang aku tutupi , akhirnya langkahku pasti untuk pulang ke rumah,

Sesampainya dirumah ternyata ayah sudah menungguku teras , berdiri dengan badan tegap dengan posisi tangan sedakep , tatapannya setajam tatapan elang yang hendak menyengkram mangsanya.

 "Dari mana saja kau wan ? sudah bosan tidur dirumah kau rupanya" ucap ayah dengan nada yang agak tinggi dan suaranya yang keras kepadaku.

Semua tubuhku gemetar , mataku berkaca - kaca , entah harus berkata apa diriku kepada ayahku ini.Perlahan aku mendekatinya "Maaf yah" berlinang air mataku saat mengucap kata itu , aku meronta beberapa kali sambil meminta maaf kepada ayah , tanpa berbicara apapun ayahku kemudian menyeretku ke kamar mandi dibelakang rumah dan jadilah aku seperti ini.

Entah , memang aku akui memang diriku salah.Sudah tidak pantas rasanya aku melontarkan sepatah katapun untuk membela diri,Selepas kejadian ini aku tersadar , aku khilaf , tak akan ku ulangi dan membuat ayahku kecewa lagi kepada anaknya yang diharapkannya ini.

Sampailah aku disini , merenungi kesalahanku sambil diguyur oleh derasnya air keran yang mengalir , memang sangat parah kesalahan yang aku buat.Aku berjanji mulai saat ini untuk tidak akan pernah lagi membuat ayahku sangat marah seperti saat ini.

No comments:

Post a Comment